68% Jamaah Haji Berisiko Tinggi Kesehatan
A
A
A
JAKARTA - Sampai dengan akhir Juli 2018, tercatat 80.973 jamaah dari 201 kloter telah tiba di Tanah Suci. Dari jumlah tersebut 68,77% atau 55.685 orang di antaranya adalah jamaah haji dengan risiko tinggi (Risti) kesehatan. Ini dilihat di antaranya dari jamaah yang umurnya lebih dari 60 tahun dan penyakit yang telah diderita.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Eka Jusuf Singka menegaskan tingginya Risti merupakan fakta yang tidak bisa dipungkiri. Karena memang demikian kondisi kesehatan jamaah haji Indonesia yang mayoritas sudah berusia lanjut, disertai dengan penyakit penyerta.
''Fakta ini harus dihadapi bersama-sama. Tidak hanya melalui pendekatan kesehatan saja tetapi pendekatan yang komprehensif. Semua pihak harus sepakat bahwa jamaah haji harus terlindungi agar dapat menjalankan ibadahnya sampai tuntas dan kembali ke Tanah Air menjadi haji mabrur,'' kata Eka.
Kepada jamaah, Eka mengingatkan untuk menghemat tenaga menjelang Armina. ''Jangan memaksakan diri untuk beraktivitas yang tidak penting. Cukup istirahat. Jaga pola makan dan banyak minum,'' ujar dia.
Hingga hari ke-13 penyelenggaraan kesehatan haji di Arab Saudi, pelayanan kesehatan jamaah diberikan di tiga tempat, yaitu di kloter oleh tenaga kesehatan haji Indonesia (TKHI), di bandara oleh tim mobile dan di klinik kesehatan haji Indinesia (KKHI).
Adapun total rawat jalan oleh TKHI sebanyak 22.059 orang (20.564 orang di Madinah dan 1.495 orang di Makkah) dan total rujukan sebanyak 273 orang (252 orang di Madinah dan 21 orang di Makkah). ''Diagnosa penyakit terbanyak rawat jalan adalah hipertensi sebanyak 3.727 orang,'' jelas Eka.
Tim mobile di bandara mendata sebanyak 160 jemaah mengalami masalah kesehatan. Di KKHI Madinah menerima 14 rujukan, 41 jemaah rawat inap dan merujuk 21 jemaah ke RSAS. Sementara di KKHI Makkah telah menerima 10 pasien, 7 jemaah masih rawat inap dan merujuk 14 jemaah ke RSAS.
Untuk mengingatkan jemaah senantiasa menjaga kesehatannya, tim promotif preventif (TPP) telah memberi penyuluhan kepada 201 kloter. Penyuluhan diberikan agar jemaah selalu menggunaakan alat pelindung diri (APD) lengkap setiap beraktivitas di luar pondokan. APD yang dianjurkan meliputi penggunaan payung, kacamata hitam, masker, semprotan air dan sandal.
Untuk payung dan kacamata, Kemenkes telah menyiapkan 204.000 buah yang diberikan kepada semua jemaah haji. Sementara masker, sandal, dan semprotan air masing-masing berjumlah 20.400 atau 10% dari jumlah jemaah dan dibagikan kepada jemaah yang kedapatan tidak memakai masker, semprotannya rusak atau hilang dan tidak memakai alas kaki.
''Penyuluhan mulai diberikan ketika jemaah tiba di Bandara, di bus, pemondokan, dan di Masjid Nabawi setelah salat subuh,'' jelasnya.
Selain itu, TPP juga mendistribusikan dan memasang poster dan banner berisi pesan-pesan kesehatan. Pemasangan dilakukan di sektor-sektor dan di pemondokan yang banyak dilalui jemaah. Eka juga mengingatkan para jemaah untuk selalu menjaga kesehatan menjelang puncak ibadah haji nanti. ''Haji itu Arafah. Siapkan tenaga supaya bisa ibadah maksimal,'' tandasnya.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Eka Jusuf Singka menegaskan tingginya Risti merupakan fakta yang tidak bisa dipungkiri. Karena memang demikian kondisi kesehatan jamaah haji Indonesia yang mayoritas sudah berusia lanjut, disertai dengan penyakit penyerta.
''Fakta ini harus dihadapi bersama-sama. Tidak hanya melalui pendekatan kesehatan saja tetapi pendekatan yang komprehensif. Semua pihak harus sepakat bahwa jamaah haji harus terlindungi agar dapat menjalankan ibadahnya sampai tuntas dan kembali ke Tanah Air menjadi haji mabrur,'' kata Eka.
Kepada jamaah, Eka mengingatkan untuk menghemat tenaga menjelang Armina. ''Jangan memaksakan diri untuk beraktivitas yang tidak penting. Cukup istirahat. Jaga pola makan dan banyak minum,'' ujar dia.
Hingga hari ke-13 penyelenggaraan kesehatan haji di Arab Saudi, pelayanan kesehatan jamaah diberikan di tiga tempat, yaitu di kloter oleh tenaga kesehatan haji Indonesia (TKHI), di bandara oleh tim mobile dan di klinik kesehatan haji Indinesia (KKHI).
Adapun total rawat jalan oleh TKHI sebanyak 22.059 orang (20.564 orang di Madinah dan 1.495 orang di Makkah) dan total rujukan sebanyak 273 orang (252 orang di Madinah dan 21 orang di Makkah). ''Diagnosa penyakit terbanyak rawat jalan adalah hipertensi sebanyak 3.727 orang,'' jelas Eka.
Tim mobile di bandara mendata sebanyak 160 jemaah mengalami masalah kesehatan. Di KKHI Madinah menerima 14 rujukan, 41 jemaah rawat inap dan merujuk 21 jemaah ke RSAS. Sementara di KKHI Makkah telah menerima 10 pasien, 7 jemaah masih rawat inap dan merujuk 14 jemaah ke RSAS.
Untuk mengingatkan jemaah senantiasa menjaga kesehatannya, tim promotif preventif (TPP) telah memberi penyuluhan kepada 201 kloter. Penyuluhan diberikan agar jemaah selalu menggunaakan alat pelindung diri (APD) lengkap setiap beraktivitas di luar pondokan. APD yang dianjurkan meliputi penggunaan payung, kacamata hitam, masker, semprotan air dan sandal.
Untuk payung dan kacamata, Kemenkes telah menyiapkan 204.000 buah yang diberikan kepada semua jemaah haji. Sementara masker, sandal, dan semprotan air masing-masing berjumlah 20.400 atau 10% dari jumlah jemaah dan dibagikan kepada jemaah yang kedapatan tidak memakai masker, semprotannya rusak atau hilang dan tidak memakai alas kaki.
''Penyuluhan mulai diberikan ketika jemaah tiba di Bandara, di bus, pemondokan, dan di Masjid Nabawi setelah salat subuh,'' jelasnya.
Selain itu, TPP juga mendistribusikan dan memasang poster dan banner berisi pesan-pesan kesehatan. Pemasangan dilakukan di sektor-sektor dan di pemondokan yang banyak dilalui jemaah. Eka juga mengingatkan para jemaah untuk selalu menjaga kesehatan menjelang puncak ibadah haji nanti. ''Haji itu Arafah. Siapkan tenaga supaya bisa ibadah maksimal,'' tandasnya.
(tdy)